menguak sejarah lahirnya tari jaipong
Lintas Jabar,TarungNewsw - Dari judul
diatas penulis merasa tertarik untuk mengungkap sisi sejarah dari
lahirnya seni pertunjukan jaipongan yang tumbuh dan berkembang di kota
Bandung Jawa Barat, dan selanjutnya berkembang luas ke berbagai wilayah
budaya di jawa barat dan bahkan ke wilayah pelosok nusantara melalui
media televisi (TVRI), dan sempat pula jaipongan melalang buana ke manca
negara melalui pertukaran budaya (eksebisi/lawatan budaya ke eropa).
Jaipongan merupakan bentuk seni
pertunjukan masyarakat tatar sunda dan yang bukan berakar dari seni
adiluhung (keraton) sehingga proses penyajiannya boleh dikatakan sangat
sederhana dan lebih cenderung sebagai media hiburan semata. Bentuk seni
pertunjukan jaipongan di bangun oleh dua komponen penting yaitu music
dan tari yang keduanya melebur dalam kemasan pertunjukan yang saling
mengisi dan terkait satu sama lainnya, ungkapan ekspresi tepak gendang
jaipong selaras dengan gerak tari yang terkesan gembira dan masuk
kedalam genre tari pergaulan.
Dalam komposisi tembang atau lagu dalam
music jaipongan mengangkat tema-tema keseharian dalam ruang budaya
masyarakat sunda seperti tema percintaan, pemujaan terhadap leluhur dan
tema social lainnya, seperti tertuang dalam beberapa tembang seperti
talak tilu, gaplek dll. Dalam komposisi gerak tari jaipongan tradisional
banyak mengadopsi gerak-gerak dari elemen seni pertunjukan yang lain
diantaranya dari pencak, topeng banjet dan lain sebagainya, yang
merupakan simbolisasi dari karakteristik masyarakat pantura Karawang
yang cenderung terbuka dan menerima (Ekstropert). Dimanakah seni
pertunjukan Jaipongan terlahir? Siapa yang tidak kenal dengan kata
“Jaipongan”,hampir semua masyarakat sunda di Jawa Barat pasti mengenal
bentuk kesenian ini!. Jaipong merupakan sebuah genre seni pertunjukan
rakyat yang terdiri dari medium musik dan tari. Seni pertunjukan
jaipongan kini sudah menjadi milik bersama (common heritage) masyarakat
jawa barat (sunda), proses pengayaan (creative) dalam seni pertunjukan
jaipongan berbaur dalam kompleksitas keseharian masyarakat sunda dan
periode pesatnya proses perkembangan seni pertunjukan jaipong di mulai
di era tahun 80 an.
sangat sedikit sekali artikel atau
tulisan yang mengungkap sejarah tempat kelahirannya. Lebih banyak
mengungkap perihal proses creative nya saja. Dalam berbagai tulisan dan
artikel banyak di ulas bahwa tempat kelahiran jaipongan adalah kota
Bandung, dan ini menjadi sebuah realitas informasi yang berkembang di
kalangan masyarakat seni. Seperti beberapa kutipan dari artikel yang
membahas jaipongan: “Jaipongan adalah sebuah genre kesenian yang lahir
dari kreativitas seorang seniman Bandung, yakni Gugum Gumbira.
Perhatiannya pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu
membuat seorang Gugum Gumbira mengetahui dan mengenal betul
perbendaharaan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada
Kiliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan, Pencugan,
nibakeun dan beberapa ragam gerak minced dari beberapa kesenian di atas
cukup memiliki inspirasi untuk mengembangkan tari atau kesenian yang
kini dikenal dengan nama Jaipongan”(sumber: website Disbudpar Jabar)
“Kemunculan tari jaipongan 1980 an yang
lahir dari kekreatifitasan para seniman Bandung yang dikenal dengan
Gugum Gumbira , pada awalnya tarian tersebut pengembangan dari ketuk
tilu apabila dilihat dari perkembangannya dan dasar koreografernya. Kata
jaipong bersal dari masyarakat Karawang yang bersal dari bunyi kendang
sebagai iringan tari rakyat yang menurut mereka berbunyi jaipong yang
secara onomotofe . tepak kendang tersebut sebagai iringan tari pergaulan
dalam kesenian banjidoran yang berasal dari Subang dan Karawang yang
akhirnya menjadi populer dengan istilah jaipongan.
Dalam kutipan artikel di atas tidak diragukan lagi bahwa seniman bandung Gugum Gumbira adalah yang melahirkan seni jaipongan!.
Karawang tempat lahirnya Jaipongan! Ada
hal lain yang sangat menarik untuk di telaah dari sisi sejarah
kelahirannya seni jaipongan, dan ini bisa dijadikan referensi baru
sebagai penyeimbang dari artikel-artikel diatas, dalam hal ini penulis
hanya bermaksud untuk menguak kebenaran sejarah dari lahirnya jaipongan
di dalam ruang seni sunda Jawa Barat dan tiada pretensi yang lain.
Dalam tulisan singkat ini penulis
menghadirkan resume hasil wawancara/interview seputar sejarah lahirnya
seni pertunjukan jaipongan secara kualitatif dengan nara sumber H Suanda
di Karawang, dalam study perbandingan sejarah seni pertunjukan
jaipongan ini banyak ditemukan beberapa bukti baru dari hasil wawancara
tersebut, dan ini belum sempat di confrontier dengan nara sumber lain
atau nara sumber pembanding lainnya. Ini merupakan hasil awal yang
tentunya masih bisa di perdebatkan lebih dalam lagi. Jaipongan terlahir
melalui proses kreatif dari tangan dingin H Suanda sekitar tahun 1976 di
Karawang, jaipongan merupakan garapan yang menggabungkan beberapa
elemen seni tradisi karawang seperti pencak silat, wayang golek, topeng
banjet, ketuk tilu dan lain-lain .
Jaipongan di karawang pesat
pertumbuhannya di mulai tahun 1976 , di tandai dengan munculnya rekaman
jaipongan SUANDA GROUP dengan instrument sederhana yang terdiri dari
gendang, ketuk, kecrek, goong, rebab dan sinden atau juru kawih. Dengan
media kaset rekaman tanpa label tersebut (indie label) jaipongan mulai
didistribusikan secara swadaya oleh H Suanda di wilayah karawang dan
sekitarnya. Tak disangka Jaipongan mendapat sambutan hangat, selanjutnya
jaipongan menjadi sarana hiburan masyarakat karawang dan mendapatkan
apresiasi yang cukup besar dari segenap masyarakat karawang dan menjadi
fenomena baru dalam ruang seni budaya karawang, khususnya seni
pertunjukan hiburan rakyat.
Posisi Jaipongan pada saat itu menjadi
seni pertunjukan hiburan alternative dari seni tradisi yang sudah tumbuh
dan berkembang lebih dulu di karawang seperti penca silat, topeng
banjet, ketuk tilu, tarling dan wayang golek. Keberadaan jaipong
memberikan warna dan corak yang baru dan berbeda dalam bentuk
pengkemasannya, mulai dari penataan pada komposisi musikalnya hingga
dalam bentuk komposisi tariannya.
Didalam perjalanannya melahirkan seni
jaipongan H Suanda banyak mendapat kecaman dan hujatan dari seniman
sepuh yang sudah terlebih dahulu eksis, mereka menganggap H Suanda telah
“menabrak” pakem dengan tepak gendangnya yang tersaji dalam komposisi
tepak gendang jaipong namun beliau tetep jalan dengan keyakinannya, dan
akhirnya berbuah manis
Jaipongan Era Modern Pada tahun 1979
jaipongan mengalami proses transformasi dan penataan (stilisasi) baik
dalam pola tepak gendang maupun dalam ibing (tarian) juga dalam
penciptaan komposisi tembang (lagu), melalui tangan dingin seorang
seniman asal bandung yaitu Gugum Gumbira. Maka mulai saat itu jaipongan
yang terlahir di karawang dibesarkan dalam khasanah kemasan seni yang
mutakhir dan lebih modern. Semua bentuk dan model tepak gendang di susun
dan di berikan pola yang lebih terstruktur dalam bentuk notasi, yang
kemudian di urai dan di tuangkan kedalam beberapa komposisi lagu yang
sesuai dengan tuntutan pasar (commercial). Maka pada saat itu di bandung
muncul grup kesenian jaipong yang melegenda seperti JUGALA (Juara dalam
gaya dan Lagu) dengan tembang hitsnya seperti Daun pulus Keser Bojong,
Randa Ngora dan banyak lagi.
Sudah tentu komposisi yang di bawakan
oleh Jugala berbeda dengan komposisi awal yang dimainkan oleh Suanda
grup selaku pelopor dari lahirnya musik jaipong di karawang, meskipun
Suanda terlibat didalamnya sebagai penabuh gendang. Ini di sebabkan
Suanda memainkan gendang berdasarkan pada pola yang sudah disusun secara
cermat oleh komposernya yaitu Gugum Gumbira. Gaya dari bentuk elemen
jaipongan serta kualitas dan ekspresinya di kemas dalam pola-pola yang
terbarukan sehingga sosok jaipongan seolah terlahir kembali dengan
balutan gaya modern. Keterlibatan sarjana-sarjana seni dalam upaya untuk
mengembangkan dan mencari bentuk-bentuk seni pertunjukan tradisional di
jawa barat juga menjadi penyebab utama menggeliatnya seni pertunjukan
jaipongan dan menjadi besar seperti sekarang ini.
Karawang sebagai tempat kelahirannya
seni pertunjukan jaipongan seharusnya lebih menggarap dan mengembangkan
potensinya, tentunya dengan mengutamakan kearifan local sehingga
jatidiri dan karakteristik karawang sebagai kota seni dan budaya jawa
barat dapat lebih eksis dan mampu berbicara dalam khasanah ruang seni
budaya global!.from; http://www.tarungnews.com/profile/2147/menguak-sejarah-lahirnya-tari-jaipong.html
Komentar
Posting Komentar